Pada suatu hari minggu, karena diminta ayah untuk mengantar dan menemani ke pesta pernikahan anak rekanan kerjanya maka aku pun hadir di pesta pernikahan. Padahal, menurutku hadir di pesta pernikahan adalah salah satu hal yang membosankan di dunia. Membosankan karena hanya berisi rangkaian panjang pidato penuh basa basi. Mulai dari pidato wakil keluarga. Wakil besan. Wakil tamu undangan. Formalitas belaka. Tanpa ketulusan. Satu-satunya yang paling menarik dan kutunggu-tunggu dari pesta pernikahan hanya makan siang. Itu pun kadang tidak serasi dengan selera lidah.
Tampaknya pesta pernikahan kali ini agak berbeda dengan kebanyakan. Aneh. Menjadi aneh karena di sela-sela acara dijejali kampanye terselubung kepala daerah calon gubernur dan bupati. Alasanya klise, calonnya masih keluarga sendiri. Buset... sempet-sempetnya. Apa gak ada waktu lain bos?
Tampaknya yang kurang sreg dengan acara kampanye itu bukan aku saja. Seorang bapak yang didaulat memimpin doa makan, sebelum memimpin doanya sempat berkelakar, katanya “bapak dan ibu tahu tidak bedanya Pilkada dan Pil KB ?” Semua hadirin menggeleng. “Kalau Pil KB, jika lupa makan pil KB maka jadi ( jadi anak maksudnya ) tapi kalau Pilkada sebaliknya, jika sudah jadi maka lupa ( lupa janji maksudnya )!” Seluruh hadirin terpingkal-pingkal. Beberapa tampak mengangguk-anggukkan kepala sebagai tanda sepakat. Cuma tim sukses sang calon gubernur dan bupati yang tampak cemberut. Malu kali... Pesta nikahan kok untuk kampanye.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar