Sebuah diskusi kecil terbentuk di sebuah warung angkringan sesaat setelah makan siang usai. Diskusi dihadiri para pejabat teras, teras masjid, dan wakil rakyat kecil-kecilan. Di bangku ujung, duduklah Ujang, seorang debt collector bank plecit. Lalu di bangku tengah, duduklah Amir, seorang tukang ojek. Dan sebagai moderator, Kang Sur, sang pemilik angkringan. Mereka bertiga populer dijuluki politisi senayan, sepanjang jalan ahmad yani. Tempat biasa mereka mangkal.
Terlontar wacana di diskusi itu bahwa perbuatan mengambil hak orang lain [ dibaca: nyolong ] jika dalam skala kecil, maksudnya jika yang dicolong jemuran, mangga, ayam, atau sandal jepit, maka pencuri tersebut adalah musuh negara. Sementara jika yang dicolong uang ratusan juta atau milyaran rupiah maka pencuri tersebut adalah sekutu negara.
Ketika para politisi senayan hendak memufakatkan hasil diskusi. Seorang mahasiswa yang dari tadi tampak asik makan. Mengiterupsi jalannya diskusi.
“ Mengapa nyolong jemuran malah jadi musuh negara ?” ungkapnya.
“Nyolong jemuran itu perbuatan memalukan !” tukas Amir.
“Kan sama memalukan dengan korupsi” ungkapnya kembali.
“Ya beda mas !” sambung Ujang emosional.
“Kok bisa beda? Kedua-duanya nyolong. Kedua-duanya memalukan !” Sang mahasiswa mendengus tak puas.
“Nyolong jemuran itu memalukan. Itu menunjukan jika negara ini belum makmur. Masih kere. Pakaian aja dicolong !” jelas Amir. Ia batuk sebentar lalu menyambung lagi “lah kalau korupsi itu kan menunjukan negara ini kaya. Semakin banyak uang yang dikorupsi. Semakin banyak yang korupsi. Semakin kelihatan kaya negara ini !”
Amir kemudian mengangkat tangannya layaknya bung Tomo dengan berapi-api ia berujar, “berarti korupsi mengharumkan nama negara ini. Karena menunjukan bahwa Indonesia adalah negara kaya. Makmur !”
Kang Sur tak mau kalah, “selain itu saudara-saudara. Yang perlu saudara-saudara ingat bahwa korupsi hanya bisa dilakukan oleh orang pintar. Orang berpendidikan. Lulusan universitas. Jadi makin banyak korupsi berarti makin banyak orang pintar di negeri ini. Sementara nyolong ayam dilakukan oleh orang goblok. Orang tidak berpendidikan. Jebolan SD. Jadi makin banyak orang nyolong jemuran maka makin banyak orang goblok di negeri ini.”
Sang mahasiswa cuma manggut-manggut. Berdiri. Membayar makan. Lalu pergi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar