Selasa, 02 Oktober 2012

Intel Rebus vs Program Diet

Salah satu hal yang tersulit untuk mengatakan “tidak” adalah saat ditawari semangkuk intel rebus alias indomi telur rebus. Selalu saja tersedia alasan untuk mengiyakan tawaran menyantap intel rebus yang datang. Gratis pula.
“ah, kan cuma satu mangkok saja...”
“kan cuma malem ini doang. Besok gak lagi kok...”
Dan, masih banyak stok alasan lainnya. Kalau pun alasannya habis bisa dicari-cari.
Persoalannya sekarang adalah aku sudah telanjur mendeklarasikan program diet. Maka menyantap intel rebus di malam hari menjadi haram. Hari pertama, kuat. Hari ke dua, kuat. Hari ke tiga, kuat. Hari ke empat, nyicip sesendok aja. Tombo pengen. Hari ke lima, titip pesen. Sisain sedikit aja. Seiklasnya aja. Hari ke enam, bikin sebungkus tapi bagi dua yah. Dan, hari ke tujuh. Membongkar sendiri bungkus mi. Membuat sendiri. Menghabiskan sendiri. Sambil menyeka keringat berkata “kan cuma sebungkus aja.” Lalu mulai rusaklah program diet yang sudah dideklarasikan. Meski tanpa jumpa pers. Tapi semua orang tahu.
Pun sisa-sisa kenikmatan [ bisa dibaca: lemak, tapi jangan keras-keras membacanya ] tebal menumpuki lingkar pinggangku, tapi tampaknya intel rebus vs program diet kali ini kembali dimenangkan oleh intel rebus.  Menang Telak. TKO.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar