“Jangan pernah meremehkan hal yang kecil karena dari hal kecil itu berawal hal lain yang tidak kecil.”
Tidak ada angin, tidak ada hujan. Hari rabu pagi , di awal September 2014, saat bangun pagi cerita ini bermula. Pangkal leher dekat telinga terasa kaku bukan main. Kucoba gelengkan kanan kiri tapi masih terasa kaku. “Ah paling bentar lagi sembuh”, pikirku sambil membereskan tempat tidur untuk segera memulai ritual pagi hari. Mencuci popok anakku.
Usai mencuci popok badan terasa demam. Leher bertambah kaku. Ketambahan panas lagi di pangkal lehernya. Aku menyempatkan, sebentar berkaca, widih... mukaku tambah bulat. Kayak bulan sedang purnama. Ternyata pangkal leherku bulat. “Ma... pipiku kok bengkak yah ?” aduku pada istri. Tanpa memandang ia menjawab, “gondongan kali”.
“Widih dah tua kok masih kena gondong,” sahutku. “ntar pulang kerja ke chandramart beli blau terus diusap-usapin di bagian yang bengkak,” ia menasehati panjang lebar. “Blau... Emang mau nyuci!” sahutku. Dengan demam membara, aku pun pergi ke sekolah.
Hari ini kulewatkan dengan panas dingin. Seperti biasanya jika sedang terserang panas dingin alias demam, aku banyak minum. Semakin banyak minum. Semakin banyak kencing. Tapi ternyata panas tidak kunjung menjadi sejuk. Malahan sekarang “burung”-ku sakit jika harus berjalan buang kencing. Usai mengadakan penelitian sederhana pada tubuhku ternyata salah satu pusakaku bengkak. Waduh... bagaimana ini cuma punya dua, satunya bengkak. Kacau. “Kok pusakaku bisa ikut-ikutan bengkak ya mam?” Aku bertanya pada istriku. “Azab kali itu pa...” ujar istriku. “Enak aja,” jawabku sewot.
Di sekolah, di hari berikutnya, kusempatkan membuka artikel di internet. Usai buka sana buka sini ternyata aku benar-benar terserang gondong. Gondongan atau parotitis epidemika atau mumps adalah penyakit akut dan menular yang ditandai dengan pembesaran kelenjar ludah terutama kelenjar parotis. Kelenjar parotis ini terletak di depan telinga sehingga bila membengkak maka wajah seseorang tampak tembem dengan benjolan dari bawah telinga hingga bagian tengah pipi. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja.
Penyakit ini tersebar di seluruh dunia dan dapat menyerang pada segala musim. Penyebab utama gondongan adalah virus dari golongan paramyxovirus. Setelah virus masuk kedalam tubuh, virus akan menuju epitel saluran pernafasan untuk memperbanyak diri kemudian virus menyebar ke seluruh tubuh melalui saluran getah bening menuju kelenjar ludah dan organ lainnya termasuk susunan saraf pusat (otak dan saraf spinal), pankreas, indung telur (ovarium), dan buah zakar (testis).
Hari ke tiga, tetap kulalui dengan pengabdian dan perjuangan. Tapi usai mengajar 3 jam akhirnya aku menyerah... Aku kibarkan bendera kuning eh putih. Menyerah. Aku minta ijin pulang. Gak kuat lagi... Kantung menyan ini terasa sakit bukan main saat naik turun tangga usai mengajar. Plus, tubuh yang panas membara. Kian menambah derita nestapa. Dan sampai saat ini, aku belum mau dibawa ke dokter. Takut disuntik...
Karena omelan bertubi-tubi dari istri, aku pun merelakan diri digiring ke rumah sakit (rumkit). Aku pun ke rumkit pinggir bypass. Usai diperiksa dengan seksama maka divonis harus opname. Tapi tidak ada kamar kosong. Jadi aku harus dikirim ke rumkit lain.
Ada tiga pilihan. Rumkit di jalan urip sumoharjo. Rumkit di jalan gajah mada. Rumkit di jalan wolter mongonsidi. Rumkit pilihan ketiga, tidak. Alasannya jauh. Rumkit pilihan pertama, sangat tidak. Alasannya banyak. Pertama, temanku dan tetanggaku matinya di sana. Jadi aku gak mau ntar ikut-ikutan mati di sana. Konyol, tapi mendasar bagiku. Kedua, aku pernah kecebur got di sana sampai seminggu gak bisa jalan. Ketiga, temanku pernah opname di sana dan kebanjiran. Keempat, tempatnya serem, katanya banyak hantu, atut... Dan didukung tidak alasan memberatkan memilih ke rumkit pilihan kedua maka aku pun setuju untuk di opname di rumkit pilihan kedua.
Ternyata jauh bara dari api. Gedung rumkit yang keren. Mentereng. Tidak menjamin pelayanan yang keren. Di rumkit ini aku terlantar. Tidak terurus. Emang sih fasilitas VIP tapi pelayanan kelas empat. Alhasil bukan jadi sembuh malahan pusakaku yang kanan ikutan temennya, bengkak. Cilaka dua belas...
Setelah tiga malam dua hari. Malam-malam sekali, istriku ditemani adik iparku bertekat sangat bulat untuk memindahkanku. Dan setelah melalui birokrasi yang ruwet dan bertele-tele, aku pun pindah ke rumkit pinggir bypass. Singkat cerita, aku, sudah menghabiskan empat malam lima hariku, delapan botol infus, lima botol suntikan, dan duit hampir tujuh juta rupiah. Semua karena gondong. Sakit gondong termahal yang kutahu... Huh, bikin nggounduk aja ni sakit. Makanya jangan pernah meremehkan hal yang kecil karena dari hal kecil itu berawal hal lain yang tidak kecil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar