Mulutmu harimau mu. barangkali pepatah jadoel itu tetap up to date ampe sekarang. Aku pernah punya punya pengalaman keterkam ama harimauku alias mulutku sendiri. Ama tukang bensin dink... tapi gara-gara mulutku sih.
Jadi ceritanya sejak harga bensin naik, sebelum 1 Januari 2015 diturunin lagi, aku belum pernah beli bensin eceran. Selalu beli di SPBU. Suatu ketika bensin habis tanpa disadari karena indikator bahan bakar di dasbor motor mati. Kemudian pada sebuah pinggir jalan, aku merapatkan motor. Hinggap di lapak bensin eceran.
Jadi ceritanya sejak harga bensin naik, sebelum 1 Januari 2015 diturunin lagi, aku belum pernah beli bensin eceran. Selalu beli di SPBU. Suatu ketika bensin habis tanpa disadari karena indikator bahan bakar di dasbor motor mati. Kemudian pada sebuah pinggir jalan, aku merapatkan motor. Hinggap di lapak bensin eceran.
“Bang 1 liter,” pintaku pada sang penjual. Penjual pun tanpa cakap mengambil botol bensin dan menuangkan ke tangki motor. “Berapa bang ?” tanyaku sambil membuka dompet. “Sepuluh ribu,” ujar sang penjual dingin.
“Buset... Mahal amat... Mau cepet-cepet naik haji ya bang !” ujarku bersungut-sungut karena kaget mendengar harga yang dikatakan oleh penjual bensin.
“Emang di POM harganya berapa ?” balas si penjual tampak tak suka dengan celotehku.
“Delapan ribu lima ratus, tapi di tempat lain gak segini amat,” ujarku.
“Emang di tempat lain berapa duit jualnya ?” selidik si penjual.
“Sembilan ribu...” ujarku.
“Buset... Dimana tuh jualnya ? Gua borongnya !” ucap si penjual bensin agak keras.
Sambil agak kesal, segera aku memacu motorku pergi. Sebelum suasana bertambah keruh, pikirku. Sambil mengendarai motor, kuingat-ingat lagi di mana aku membeli bensin eceran harga sembilan ribu. Mau kutunjukin ntar ke penjual itu biar diborong. Astaga... ternyata itu sudah lama sekali. Kira-kira beberapa bulan lalu. Sebelum harga bensin delapan ribu lima ratus. Asem... jadi malu sendiri udah ngotot ama tukang bensin. Wedhus... pisuhku dalam hati.*) remake status FB per 1 januari lalu, uteke buntet sih jadi harap maklum...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar