Minggu, 30 September 2012

Pedagang Es Tebu

Karena hari yang sangat panas maka aku dan ayahku sepulang berbelanja keperluan sehari-hari dari pasar mampir dulu membeli es tebu di pinggir jalan. Selepas aku memarkir motor di samping gerobak es tebu, ayah segera memesan dua gelas besar es tebu.
“Oh... hari yang sangat panas !” keluhnya pada sang pedagang es.
“Iya pak,” jawabnya sambil melayani.
“Tapi bukankah cuaca panas begini yang jadi harapan para pedagang es” ujar ayah bercanda.
“Wuih ya gak gitu lah pak. Kalo panas begini terus ya pohon tebunya pada mati. Kalo tanaman tebu pada mati ya gak jadi jualan es tebu dong pak” seloroh sang pedagang. Ayahku langsung menjawabnya dengan tawa yang berderai.
Aneh bin ajaib. Seorang pedagang es ternyata membutuhkan hujan. Padahal bila hujan turun belum tentu dagangannya bisa laku terjual. Tapi ternyata hujan diperlukan juga agar tanaman tebu dapat terus tumbuh. Jika tanaman tebu terus tumbuh maka ia pun dapat terus berjualan es tebu.
Sama halnya dalam hidup kita. Sesuatu peristiwa buruk yang terjadi, kadang kala dianggap sebagai kegagalan, atau sesuatu yang tidak berguna. Kadang kala malahan peristiwa tersebut menjadi batu pijakan kita agar bisa terus berdiri.
He...he.... betul juga.... Terima kasih abang tukang es tebu...

Kamis, 27 September 2012

Air Mana yang Lebih Baik


Beberapa orang teman mulai membuka perbincangan sesaat setelah  melihat demonstrasi alat untuk mencek kandungan mineral dalam air kemasan.
"Ternyata air merk A lebih baik dari merk B," ujar seorang teman di sampingku.
"Tapi, tetep lebih baik air merk C," teman di depanku tak mau kalah.
"Ah, semua air jaman sekarang sama aja. sudah terkontaminasi polusi," tambah seseorang lagi.
"Lebih baik air sumur," seseorang lagi menambahi.
Seorang teman lantas bercerita bahwa ia mengkonsumsi air mineral yang untuk mendapatkannya harus merogoh kocek dalam-dalam. Tapi dijamin 100% sehat katanya.
"Wah... malah bisa bikin kanker tuh... Kantong kering ", seloroh temanku.
Wah... kalau dipikir-pikir betul juga yah. Sudah teramat susah mendapatkan air yang berkategori sehat di jaman berbalut polusi seperti sekarang. Polusi dimana-mana. Termasuk di air tentunya.
Hal ini lalu dilihat sebagai sebuah peluang bisnis. Industri pun lalu berlomba-lomba memproduksi air kemasan. Agar laku di pasar maka air kemasan pun dilabeli. Sehat. Segar. Alami. Dan label-label provokatif lainnya.
Ah, daripada pusing-pusing harus mikir minum air apa atau air yang mana yang sehat. Lebih baik asumsikan saja semua air sehat. Bukankah dengan keyakinan (iman) seorang Yesus mampu mengubah air menjadi anggur. Kita pun pasti dengan keyakinan kita juga bisa mengubah air biasa menjadi air sehat. Asalkan air yang kita minum memenuhi syarat air sehat. Tidak berbau. Tidak berwarna. Tidak berasa. Lalu, jika ternyata air yang kita minum malah bikin sakit bahkan kematian maka yah anggap aja udah nasib. Ya gak...?????